Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil
Mill Effluent (POME) merupakan sisa buangan yang tidak bersifat toksik
(tidak beracun), tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi karena kandungan
organiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar
45.000-65.000 mg/L (Chin et al.,1996).
Limbah cair yang
dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan, dan dapat dimanfaatkan, salah satunya untuk pembangkitan
listrik melalui pemanfaatan salah satu unsur gas yang dihasilkannya, yaitu gas
metana yang ditangkap dan diolah menjadi sumber energi listrik yang cukup besar.
Pengolahan limbah cair dilakukan dengan proses bertingkat yang
memanfaatkan kolam-kolam terbuka. Untuk PKS kapasitas sampai kira-kira 80 ton
TBS per jam, dibutuhkan kolam-kolam dengan luas belasan hektar. Inti
proses tersebut adalah biodegradasi komponen organik limbah tersebut.
Dekomposisi anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi senyawa
asam-asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air. Gas metana
akan terbentuk selama limbah cair diolah dalam kolam terbuka tersebut. Gas
metana yang dihasilkan proses tersebut merupakan komponen terbesar biogas. Ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi jika diolah dalam sistem digester anaerob.
Limbah cair kelapa sawit sebesar 0,6-0,7 ton dapat menghasilkan biogas sekitar
20 m3 (Goenadi, 2006). Proses pembentukan metana dapat dibagi menjadi tiga
tahapan: hidrolisis, asetogenesis (dehidrogenesis) dan metanogenesis (Sorensen,
2004).
Gambar1. Alur
proses pengolahan limbah di Pabrik Kelapa Sawit
Pada tahap
hidrolisis, terjadi dekomposisi bahan biomassa kompleks menjadi glukosa
sederhana memakai enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis.
1.
Hasil penting tahap pertama ini adalah bahwa
biomassa menjadi dapat larut ke dalam air dan mempunyai bentuk kimia lebih
sederhana yang lebih sesuai untuk tahap berikutnya.
2.
Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi
(pengambilan atom hidrogen dari bahan biomassa) yaitu perubahan glukosa jadi
asam asetat, karboksilasi (pengambilan grup karboksil) asam amino, memecah asam
lemak rantai panjang jadi asam rantai pendek dan menghasilkan asam asetat
sebagai produk akhir.
3.
Tahap ketiga adalah pembentukan biogas dari asam
asetat lewat fermentasi oleh bakteri metanogenik. Salah satu
bakteri metanogenik yang populer dan banyak terdapat dalam lumpur adalah
methanobachillus omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa melibatkan reaksi
kompleks dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-bahan
organik lain seperti karbohidrat, protein dan lemak.
Pada pabrik kelapa sawit yang mengolah 40 ton TBS/jam akan
dihasilkan limbah cair sebanyak 20 m3/jam (dasar perhitungan: 55% dari TBS
dengan berat jenis 1,1 g/cm3; Kartiman, 2008). Jika pabrik bekerja selama 20
jam/hari, maka akan dihasilkan limbah cair sebanyak 400 m3 per hari.
Nilai Kalor Limbah Pabrik Kelapa Sawit (diolah dari Sukimin, 2007,
Isroi dan Mahajoeno, 2007, Goenadi, 2006, dan Sydgas, 1998), antara lain:.
Ø Cangkang : 4105 – 4802 kkal/kg
Ø Serat : 2637 – 4554 kkal/kg
Ø TBK : 4492 kkal/kg
Ø Batang : 4176 kkal/kg
Ø Pelepah : 3757 kkal/kg
Ø POME : 4695 – 8569 kkal/m3
Sebagai catatan, 1 kkal = 4187 Joule =
1,163 Wh.
Untuk sebuah PKS dengan asumsi
kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun, dengan memasukkan rentang nilai kalor di
atas, maka bisa diperoleh energi antara 1,38 – 2,52 GW(e)h.
Sumber :
Seminar Nasional Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit ZPHBTM sebagai Sumber Energi Listrik di Provinsi Bengkulu
Komentar
Posting Komentar